Thursday, April 3, 2014

Pendakian Gunung Singgalang (2877 Mdpl)-26 September 2009

1 Minggu Lebaran Idul Fitri telah berlalu, hari ini Sabtu 28 September 2009 saatnya Silaturahim Ke gunung, kali ini aku, Adhie, Aan, dan Bang Ijal memutuskan untuk melakukan Pendakian Ke gunung Singgalang di Koto Baru, Padang Panjang di seberangnya Gunung Merapi yang biasa ku daki dan bersebelahan dengan G. Tandikek. Gunung Singgalang merupakan Gunung no 2 yang menjadi pilihan oleh para Pendaki di Sumbar (Sumatera Barat). aku juga tidak mengetahui apa penyebab pastinya, menurut isu yang ku dengar dari kk ku yang sering naik turun gunung daerah Sumbar Indra Novianti, Singgalang merupakan Gunung yang paling angker, sering terjadinya pendaki yang hilang di dukung oleh hutan nya yang masih perawan. Tapi hal ini tidak menyurutkan niat kami untuk mengunjungi Gunung Singgalang, Rasa penasaran yang begitu kuat setelah melihat foto-foto dari album kakak ku ketika masa-masa kejayaannya mendaki gunung.
telaga-dewi

Pendakian gunung singgalang ini sudah merupakan pendakian aku yang ke-5. tentunya sudah banyak pengalaman dan ilmu-ilmu yang kudapat langsung dari alam. mulai dari menyiapkan tas yang lebih besar, matras, perlengkapan masak, jaket anti air dan lebih tebal, sarung tangan, kaos kaki, sleeping bag, kupluk/sebo, dan tentunya senter yang biasanya hanya menggunakan senter korek gas. 3 hari sebelum keberangkatan semuanya di list dan di ceklist 1/satu dan packing kecuali tenda yang belum bisa kumiliki karena masih berada di bangku kuliah. harga tenda yang selangit bagi ku. sama dengan jatah ku per-bulan kos kuliah di Padang cuma bisa berharap alam bersahabat dengan kami dan tidak menurunkan airnya selama kami melakukan pendakian.
Rencana berangkat jam 8-9 pagi setelah semalam menghubungi travel perjalanan ke-Padang, kami berharap tiba di Koto baru yang merupakan desa pendakian ke G. Singgalang dan Marapi pada jam 17.00 meleset dari schedule yang telah kubuat. waktu telah menunjukkan jam 12.00 namun travel yang di tunggu tak kunjung datang meskipun telah berpuluh kali di hubungi dengan alasan klise ini itu akhirnya 12.30 travel tersebut tiba jua di rumah ku. dengan wajah kesal dan kecewa kami menaiki mobil tersebut dan cariel di susun di atas atap mobil berharap tidak hujan. lambatnya mobil ini selama perjalanan tidak memperlihatkan identitas seorang sopir travel yang mana biasanya cepat dan menyetir bagaikan memiliki 9 nyawa sangat bertolak belakang dengan sopir ini, padahal kami sudah meminta untuk dapat tiba di Koto baru pukul 19.00 maximal. namun sudah jam 17.00 kami masih berada di Payakumbuh, berarti ada 3-4 jam lagi untuk tiba di Koto baru melihat kecepatan mobil. Ternyata dugaan kami tidak salah, jam 21.00 kami baru tiba di Koto Baru.  melihat banyaknya Pendaki yang stay di Pasar tersebut membuat kami mendapat secercah harapan untuk dapat join dengan pendaki lain tujuan G. Singgalang karena antara kami tidak ada 1 pun yang mengetahui jalur nya.
Setelah bertanya sana sini dengan tukang ojek akhirnya kami mendapatkan transportasi angkutan sayur warga dengan bayaran 20rb per/org hingga batas tower Stasiun Tv swasta dengan waktu tempuh 1 jam dikarenakan kondisi jalan yang buruk dan jauh. niat untuk mendaftar kan diri di tower tersebut seperti G. Merapi, ternyata di G. singgalang tempat pendaftarannya berada jauh di belakang terlewati. setelah bertanya-tanya dengan penjaga tower yang bertugas, ternyata G. singgalang sudah hampir 2 bulan tidak pernah di daki lagi. berarti tidak ada 1 pun Pendaki di gunung ini. Wow, jantung berdetak sangat cepat dan darah mendesir mengetahui keadaan ini. tapi kami telah berada di sini, tidak mungkin mengurungkan niat untuk balik ke Pasar Koto baru dan melakukan pendakian ke Marapi.
“Bagaimana ini? Kami tidak mengetahui jalurnya, bahkan gunung ini pun sudah tidak didaki lagi selama 2 bulan.” Dengan modal arahan dari sang penjaga tower akhirnya kami menemukan pintu jalur pendakian yang sudah tertutup oleh tinggi nya ilalang. mengingat petunjuk-petunjuk yang telah di sampaikan oleh kk ku Indra novianti dan suami nya hingga telpon-telponan untuk menanyakan jalur yang benar.
Dengan melewati jalur bambu yang katanya merupakan jalur lewat nya Harimau Sumatera membuat kami harus berjalan cepat meskipun harus merunduk bahkan merangkak karna cariel di punggung berharap cepat keluar dari jalur itu. hampir 1 jam perjalan merunduk dan merangkak hingga membuat pinggang sakit alhamdulilah akhirnya jalur hutan mulai terbuka. jalur yang mulai menanjak masih lebih mendingan dari pada jalur yang harus merunduk selama 1 jam tanpa berhenti. Panduan Jalur adalah Kabel Telkom yang akan mengantar kami ke arah Puncak. namun tidak selamanya kabel ini terlihat, kadang berada di atas pohon, kadang berada di tanah, kadang tertutup oleh pohon-pohon kecil dan jalur yang kami lalui sudah tertutupi oleh dedaunan pohon yang berguguran membuat kami tidak yakin dengan jalur yang kami lalui, namun dengan adanya semangat dari Adhie yang sangat menggebu-gebu dan memimpin perjalanan ini alhamdulilah semuanya berjalan lancar. dengan keluguan dan ketidak tahuan membuat kami sampai di penghujung batas Vegetasi. karena waktu telah menunjukkan jam 05.00 kami memutuskan untuk beristirahat tidur dikarenakan kelelahan dengan jalur yang cukup curam dan panjang. meskipun tanpa tenda hanya beralaskan matras kami tertidur dengan pulas dan alhamdulilah tidak adanya gangguan dari binatang maupun dari makhluk ke angkeran G. Singgalang.
7518_1108621403261_4763400_n 
Kira-kira lebih kurang 2 jam tertidur memulihkan stamina dan mengisi perut yang kosong kami segera melanjutkan perjalanan berupa bebatuan gunung dengan ditutupi tanaman rambat terlihat di seberang G. Marapi berdiri kokoh dan hutan-hutan G. Singgalang dengan pohon-pohon yang besar bagaikan berada di jaman Dinosaurus. tujuan kami merupakan Telaga Dewi yang mana menurut isu beredar ketika malam bulan Purnama akan keluar sebuah Istana dari dalam Telaga terlihat bagaikan seperti hologram, bahkan ada juga yang sudah pernah melihat Dewi dari telaga tersebut.
Menyusuri jalan setapak yang tidak begitu jelas berpatokan dengan tiang telkom melipir ke kiri kami kembali memasuki vegetasi hutan yang mana semua pohon, tanah yang kami injak, batu dan apapun yang terlihat di tutupi oleh lumut hijau dengan perbedaan suhu lebih dingin berubah drastis ketika melewati 1 titik garis seakan sebuah batas antara 2 dunia berbeda, dengan bau wangi yang tidak tahu datang nya dari mana karena tidak ada bunga disekitar nya, bahkan Aan seakan mencium bau Kemenyan. suaasana mistik terasa sangat begitu kental di titik ini, namun Telaga Dewi tersebut belum kami temukan setelah berputar kesana kemari, aku teringat cerita dari kakak ku ketika teman nya Hilang di telaga ini, ketika dya melihat anak-anak hampir 5 orang yang sedang bermain, ular ukuran besar yang melintas didepan rombongan nya dan lain-lain, namun perjuangan tidak berakhir sia-sia setelah kami menetapkan hati dan konsisten untuk terus menyusuri lebih dalam alhamdulilah terlihat telaga Dewi dengan air nya yang tertutup oleh kabut. Perjalanan pendakian kami kali ini sangat berarti karena masih minim dan bahkan tidak mengetahui ilmu survival dan navigasi mengingat jalur yang tidak kami kenal, dan jalur yang hampir tertutup.
Alhamdulilah Tuhan melindungi kami dan melindungi kami dari resiko tersesat.
lumut 7518_1108620323234_5894226_n 7518_1108620243232_7619094_n

4 comments:

  1. top bangeeett.. baca kisahnya bikin berdiri bulu roma, beda dengan cerita2 pengalaman pendakian yg lain.

    ReplyDelete
  2. hehehe..karna memank ini satu-2 nya pendakian yang memank berbeda suasana nya

    ReplyDelete
  3. yang pohon lumut itu keren kak, coba fotonya lebih banyak, memang naik gunung itu menyenangkan meskipun perlengkapannya segunung :D

    ReplyDelete
  4. banyak2 berdoa, bulatkan tekat untuk sampai puncak (y)


    jam tangan untuk naik gunung

    ReplyDelete

Info Terupdate

Name

First

Last
Email
Website
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[Refresh Image] [What's This?]
Powered byEMF Online Form Builders
Report Abuse