Tepatnya pada bulan maret 2009 hari sabtu siang akhirnya saya mempersiapkan semua perlengkapan pendakian (packing istilah anak-anak pendaki) dengan hati yang sangat senang setelah lama terpendam akhirnya tercapai juga dengan modal nekad doank.
Pendakian ini telah lama saya idamkan semenjak mulai dari saya menginjak bangku sekolah, namun situasi dan waktu yang tepat belum juga dapat terlaksana hingga saya mulai menjalani aktifitas sebagai mahasiswa di kampus Universitas Bung Hatta Padang. telah banyak saya temui teman- teman yang bisa diajak untuk melakukan pendakian, namun tidak kunjung tercapai.
ada sih teman yang juga ingin melakukan pendakian, tapi dikarenakan tidak adanya pengalaman kami dalam melakukan olahraga ini membuat kami mesti mengurungkan kembali niat untuk mendaki.
Gagalnya kesempatan untuk mendaki ini begitu sering terjadi membuat keinginan saya begitu menggebu-gebu. apa lagi kalo kakak saya mulai menceritakan pengalaman pendakiannya ketika masa sma hingga kuliah dan ngeliatin koleksi potonya membuat saya panas.
saya berfikir bahwa hal ini tidak isa didiamkan begitu saja. saya merasa bukan cowok sejati jika belum pernah menginjakkan kaki di puncak gunung. setelah saya berbagi cerita tentang hasrat ini kepada adik saya yang juga menginginkan pendakian ini terjadi didalam hidupnya membuat kami berpikir untuk mengajak kakak kami yang dulunya sudah sering mendaki. namun karena tuntutan pekerjaannya yang membuatnya harus abstain dari aktifitas pendakian, ternyata juga lagi merindukan sebuah pendakian. akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke pasar koto baru pada hari sabtu pada pukul 08.00 am dari pekanbaru (kakak dan adek) dan pukul 14.00 pm dari padang (saya). dengan modal nekad dikarenakan ternyata kakak saya sudah lupa jalur pendakiannya. kepergian mereka pun tidak dikeatahui orang tua kami karena beresiko tidak diperbolehkan.
pada pukul 16.00 pm akhirnya kami bertemu di pasar baru dan membeli logistik yang belum lengkap. senter saya juga baru beli di sana. ternayata kakak dan adek saya hanya membawa korek gas (mancis) yang ada lampunya. tas yang kami bawa juga tas yang biasa kami bawa untuk kuliah yang berukuran kecil.
pada pukul 18.00 pm kami makan di rumah makan terdekat untuk mengisi energi yang telah habis selama perjalanan dan persiapan untuk pendakian malama nanti. karena kami tidak membawa kompor. kami hanya berpikir membuat api unggun untuk memasak air dan mie. yang sialnya ternyata daerah tersebut baru diguyur hujan sehingga menyebabkan tidak adanya kayu kering. tapi keputusan kami tetap bulat untuk terus melanjutkan perjalanan.
setelah adzan magrib berkumandang kami mulai mengeluarkan jaket karena udara disana sudah tersa dingin. para pendaki lain juga sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dikeluarkan atau di gunakan sepanjang perjalanan.
perjalanan pertama kami membuat kami sangat senang dengan semangat yang menggebu-gebu. awal perjalanan melalui perkebunan hingga tower operator selular yang merupakan pos pertama. disana merupakan tempat melapor semua para pendaki. ternyata di pos tersebut telah banyak pendaki yang sedang beristirahat dan bersenda gurau. saya juga menemui anak mapala UBH yang sedang melakukan pendakian. namun kami tetap memilih untuk melakukan pendakian bertiga. perjalanan dari titik awal hingga pos 1 ini membuat kami mesti menarik napas panjang dan sesekali melap keringat dan berhenti untuk mengambil nafas. jalur pendakian sih landai, tapi tetap saja membuat kami sebagai perdana dan juga pendaki lain lelah. pencapaian pos 1 hanya 30 menit berjalan santai.
setelah azan isya berkumandang kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian, medan yang dilalui juga masih landai, namun hal ini membuat kami begitu melelahkan. seringnya berhenti untuk menarik nafas dan minum seteguk air membuat kami mulai berpikir apakah kita mampu sampai puncak? tapi bulatnya tekad membuat kami kembali semangat dan terus bersemangat. akirnya pos 2 atau pesanggrahan tempat para pendaki mengambil air kami lewati sekitar pukul 21.00, kami tidak ikut mengambil air karena sudah membawa perbealan dari titik awal. setelah 30 menit perjalanan pendakian mulai terasa berat kaena medan pendakian mulai ngetreck(istilah pendaki). namun ngetracknya jalur dan sulitnya medan membuat semangat kami bergelora, karena kami sekeluarga tergolong orang yang suka tantangan. semangat ini membuat perjalanan kami tidak ada keluhan dan hanya berhenti untuk minum seteguk air dan menghirup nafas. setelah beberapa jam perjalanan hingga pukul 01.00 am, kami baru berhenti untuk istirahat melepaskan penat kaki dengan niat masak air panas. tapi......... rencana kami membuat api tidak begitu sempurna, dengan bermodalkan pengalaman kakak, kami memanfaatkan kayu bakar yang ditinggal pendaki sebelumnya dengan menggunakan minyak tanah dan abu gosok yang menjadi bahan bakar kami. paling tidak kami bisa minum secangkir minuman jahe untuk menghangatkan tubuh. setelah 15menit beristirahat dan dingin juga telah menusuk tulang, kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian hingga pukul 2an mulai terasa mengantuk dengan harapan tidak adanya hujan malam ini. pendakian mulai terasa berat seiring telah lama nya kami berjalan dengan medan yang selalu ngetreck. saya dan adik saya mulai mengeluh betapa enaknya kasur empuk yang menunggu dirumah, selimut tebal yang meberi kehangatan. tapi kami tetap memutuskan terus dan terus berjalan hingga akhirnya pada pukul 3an ciri-ciri cadas sudah terlihat. ini membuat kami berdua menemukan semangat baru. kakak saya bilang kalo sudah nyampe cadas berarti bentar lagi nyampe puncak. akhirnya cadas kami capai dengan hati yang bahagia dan lega. hati baru terasa tenang dan kantuk mulai memanggil. kami sengaja memutuskan untuk tidak tidur hingga cadas kami capai. akhirnya waktu tidur terlakasana, tapi masalah baru datang, kami mw tidur dimana? matras tidak bawa, tenda tidak punya, sleeping bag juga tidak ada. hanya bermodalkan kain sarung untuk selimut kami mencari posisi untuk bisa menyandarkan tubuh melepaskan lelah. istirahat sampai jam 06.00 mebuat kami sedikit memiliki tenaga baru. tapi,....ternyata kami gak da yang tidur karena sangat dingin dan tidak adanya alas.
akhirnya kami melanjutkan perjalanan dalam keadaan perut kosong dingin. masalah mulai muncul setelah 30 menit perjalanan di cadas menuju puncak. kakak saya mulai terasa mual-mual. mungkin dikarenakan dingin dan perut kosong. sepertinya perjalanan tidak bisa kami lanjutkan. kami tidak mungkin meninggalkan kakak sendiri di cadas. tapi kakak kami bersikeras menyuruh kami melanjutkan pendakian, karena puncak telah terlihat, kakak kami tidak ingin pendakian ini menjadi sia-sia bagi kami. kakak kami juga sebelumnya udah pernah kesana, jadi tidak terlalu ada kesia2an. akhirnya kami meninggalkan kakak kami beserta pendaki lain yang punya kemah dan beristirahat disana.
pendakian cadas kami targetkan hanya 1 jam perjalanan dan segera turun agar tidak erlalu lama meninggaklkan kakak. tapi, ternyata kami salah ambil jalur. jalur yang kami lalui begitu curam hingga 60 derjat. kesalahan jalur ini mbwat kami mesti menghabiskan waktu 2 jam hingga mencapai puncak tugu abel
subhanallah akhirnya usaha dan semangat yang telah kami laui dan alami membuat semua kelelahan kami terbayar dengan keindahan alam yang telah di design oleh tangan sang pencipta. dari sana terlihat hamparan padang yang cukup luas dengan tiupan angin dan dielakang kami terlihat gunung singgalan dan tandikek yang selalu bergandengan menyambut sinar mentari. dari kejauhan sayup-sayup kumpalan asap dari kawah dengan bau khasnya belerang memanggil kami untuk menyapanya.kami mulai mengabadikan momentum tersebut dan terus berjalan sampai kepinggir kawah. dari sana terlihat puncak merpati yang kira-kira 500 m dari kawah. tapi keinginan tersebut terpaksa kami pending karena mengingat kakak kami yang menunggu dibawah dengan keadaan yang gak fit bgt. akhirnya jam 10.00 kami mulai menyusuri jalan turun melalui jalur yang benar, hal ini juga membuat kami menghabiskan waktu 1 jam.karna belum terbiasa turun kami juga sangat lambat, di lain kondisi cuaca juga sudah mulai mendung. kegelisahan mulai merasuki kami karena takutnya kehujanan untuk jalan turun tadi.
baru 15 menit berjalan menapaki penurunan akhirnya hujan deras melanda gunung marapi dan sekitarnya. kami bingung dan resah karena tidaak ada tempat berteduh, setelah tetap berjalan kami menemukan tenda anak mapala uand.kami berteduh disana lbih krang 10 menit, derasnya hujan sepertinya tidak akan berhenti, kami tidak tahu kapan hujan akan berhenti, sementara kaka dan adik saya mesti mengejar waktu pulang ke pekanbaru. dengan modal nekad akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan meskipun badan kuyup di guyur hujan deras dan sangat-sangat dingin. alhamdulilah hanya 10 menit akhirnya hujan berhenti, ternyata tuhan sangat sayang dengan kami, namun perjalanan turun menjadi licin sehingga sering membuat kami tergelincir.
pukul 16.00 akhirnya kami sampai dibawah, dititik awal pasar koto baru dan membersihkan tubuh dan mengganti pakaian kering dan makan di restoran yang sama sebelum berangkat.pukul 17.00 saya kembali kepadang meninggalkan kakak dan adik saya di pasar koto baru menunggu kendaraan yang ke pekanbaru. alhamdulilah kami sampai dengan selamat di kota masing.
Pendakian ini telah lama saya idamkan semenjak mulai dari saya menginjak bangku sekolah, namun situasi dan waktu yang tepat belum juga dapat terlaksana hingga saya mulai menjalani aktifitas sebagai mahasiswa di kampus Universitas Bung Hatta Padang. telah banyak saya temui teman- teman yang bisa diajak untuk melakukan pendakian, namun tidak kunjung tercapai.
ada sih teman yang juga ingin melakukan pendakian, tapi dikarenakan tidak adanya pengalaman kami dalam melakukan olahraga ini membuat kami mesti mengurungkan kembali niat untuk mendaki.
Gagalnya kesempatan untuk mendaki ini begitu sering terjadi membuat keinginan saya begitu menggebu-gebu. apa lagi kalo kakak saya mulai menceritakan pengalaman pendakiannya ketika masa sma hingga kuliah dan ngeliatin koleksi potonya membuat saya panas.
saya berfikir bahwa hal ini tidak isa didiamkan begitu saja. saya merasa bukan cowok sejati jika belum pernah menginjakkan kaki di puncak gunung. setelah saya berbagi cerita tentang hasrat ini kepada adik saya yang juga menginginkan pendakian ini terjadi didalam hidupnya membuat kami berpikir untuk mengajak kakak kami yang dulunya sudah sering mendaki. namun karena tuntutan pekerjaannya yang membuatnya harus abstain dari aktifitas pendakian, ternyata juga lagi merindukan sebuah pendakian. akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke pasar koto baru pada hari sabtu pada pukul 08.00 am dari pekanbaru (kakak dan adek) dan pukul 14.00 pm dari padang (saya). dengan modal nekad dikarenakan ternyata kakak saya sudah lupa jalur pendakiannya. kepergian mereka pun tidak dikeatahui orang tua kami karena beresiko tidak diperbolehkan.
pada pukul 16.00 pm akhirnya kami bertemu di pasar baru dan membeli logistik yang belum lengkap. senter saya juga baru beli di sana. ternayata kakak dan adek saya hanya membawa korek gas (mancis) yang ada lampunya. tas yang kami bawa juga tas yang biasa kami bawa untuk kuliah yang berukuran kecil.
pada pukul 18.00 pm kami makan di rumah makan terdekat untuk mengisi energi yang telah habis selama perjalanan dan persiapan untuk pendakian malama nanti. karena kami tidak membawa kompor. kami hanya berpikir membuat api unggun untuk memasak air dan mie. yang sialnya ternyata daerah tersebut baru diguyur hujan sehingga menyebabkan tidak adanya kayu kering. tapi keputusan kami tetap bulat untuk terus melanjutkan perjalanan.
setelah adzan magrib berkumandang kami mulai mengeluarkan jaket karena udara disana sudah tersa dingin. para pendaki lain juga sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dikeluarkan atau di gunakan sepanjang perjalanan.
perjalanan pertama kami membuat kami sangat senang dengan semangat yang menggebu-gebu. awal perjalanan melalui perkebunan hingga tower operator selular yang merupakan pos pertama. disana merupakan tempat melapor semua para pendaki. ternyata di pos tersebut telah banyak pendaki yang sedang beristirahat dan bersenda gurau. saya juga menemui anak mapala UBH yang sedang melakukan pendakian. namun kami tetap memilih untuk melakukan pendakian bertiga. perjalanan dari titik awal hingga pos 1 ini membuat kami mesti menarik napas panjang dan sesekali melap keringat dan berhenti untuk mengambil nafas. jalur pendakian sih landai, tapi tetap saja membuat kami sebagai perdana dan juga pendaki lain lelah. pencapaian pos 1 hanya 30 menit berjalan santai.
setelah azan isya berkumandang kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian, medan yang dilalui juga masih landai, namun hal ini membuat kami begitu melelahkan. seringnya berhenti untuk menarik nafas dan minum seteguk air membuat kami mulai berpikir apakah kita mampu sampai puncak? tapi bulatnya tekad membuat kami kembali semangat dan terus bersemangat. akirnya pos 2 atau pesanggrahan tempat para pendaki mengambil air kami lewati sekitar pukul 21.00, kami tidak ikut mengambil air karena sudah membawa perbealan dari titik awal. setelah 30 menit perjalanan pendakian mulai terasa berat kaena medan pendakian mulai ngetreck(istilah pendaki). namun ngetracknya jalur dan sulitnya medan membuat semangat kami bergelora, karena kami sekeluarga tergolong orang yang suka tantangan. semangat ini membuat perjalanan kami tidak ada keluhan dan hanya berhenti untuk minum seteguk air dan menghirup nafas. setelah beberapa jam perjalanan hingga pukul 01.00 am, kami baru berhenti untuk istirahat melepaskan penat kaki dengan niat masak air panas. tapi......... rencana kami membuat api tidak begitu sempurna, dengan bermodalkan pengalaman kakak, kami memanfaatkan kayu bakar yang ditinggal pendaki sebelumnya dengan menggunakan minyak tanah dan abu gosok yang menjadi bahan bakar kami. paling tidak kami bisa minum secangkir minuman jahe untuk menghangatkan tubuh. setelah 15menit beristirahat dan dingin juga telah menusuk tulang, kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian hingga pukul 2an mulai terasa mengantuk dengan harapan tidak adanya hujan malam ini. pendakian mulai terasa berat seiring telah lama nya kami berjalan dengan medan yang selalu ngetreck. saya dan adik saya mulai mengeluh betapa enaknya kasur empuk yang menunggu dirumah, selimut tebal yang meberi kehangatan. tapi kami tetap memutuskan terus dan terus berjalan hingga akhirnya pada pukul 3an ciri-ciri cadas sudah terlihat. ini membuat kami berdua menemukan semangat baru. kakak saya bilang kalo sudah nyampe cadas berarti bentar lagi nyampe puncak. akhirnya cadas kami capai dengan hati yang bahagia dan lega. hati baru terasa tenang dan kantuk mulai memanggil. kami sengaja memutuskan untuk tidak tidur hingga cadas kami capai. akhirnya waktu tidur terlakasana, tapi masalah baru datang, kami mw tidur dimana? matras tidak bawa, tenda tidak punya, sleeping bag juga tidak ada. hanya bermodalkan kain sarung untuk selimut kami mencari posisi untuk bisa menyandarkan tubuh melepaskan lelah. istirahat sampai jam 06.00 mebuat kami sedikit memiliki tenaga baru. tapi,....ternyata kami gak da yang tidur karena sangat dingin dan tidak adanya alas.
akhirnya kami melanjutkan perjalanan dalam keadaan perut kosong dingin. masalah mulai muncul setelah 30 menit perjalanan di cadas menuju puncak. kakak saya mulai terasa mual-mual. mungkin dikarenakan dingin dan perut kosong. sepertinya perjalanan tidak bisa kami lanjutkan. kami tidak mungkin meninggalkan kakak sendiri di cadas. tapi kakak kami bersikeras menyuruh kami melanjutkan pendakian, karena puncak telah terlihat, kakak kami tidak ingin pendakian ini menjadi sia-sia bagi kami. kakak kami juga sebelumnya udah pernah kesana, jadi tidak terlalu ada kesia2an. akhirnya kami meninggalkan kakak kami beserta pendaki lain yang punya kemah dan beristirahat disana.
pendakian cadas kami targetkan hanya 1 jam perjalanan dan segera turun agar tidak erlalu lama meninggaklkan kakak. tapi, ternyata kami salah ambil jalur. jalur yang kami lalui begitu curam hingga 60 derjat. kesalahan jalur ini mbwat kami mesti menghabiskan waktu 2 jam hingga mencapai puncak tugu abel
subhanallah akhirnya usaha dan semangat yang telah kami laui dan alami membuat semua kelelahan kami terbayar dengan keindahan alam yang telah di design oleh tangan sang pencipta. dari sana terlihat hamparan padang yang cukup luas dengan tiupan angin dan dielakang kami terlihat gunung singgalan dan tandikek yang selalu bergandengan menyambut sinar mentari. dari kejauhan sayup-sayup kumpalan asap dari kawah dengan bau khasnya belerang memanggil kami untuk menyapanya.kami mulai mengabadikan momentum tersebut dan terus berjalan sampai kepinggir kawah. dari sana terlihat puncak merpati yang kira-kira 500 m dari kawah. tapi keinginan tersebut terpaksa kami pending karena mengingat kakak kami yang menunggu dibawah dengan keadaan yang gak fit bgt. akhirnya jam 10.00 kami mulai menyusuri jalan turun melalui jalur yang benar, hal ini juga membuat kami menghabiskan waktu 1 jam.karna belum terbiasa turun kami juga sangat lambat, di lain kondisi cuaca juga sudah mulai mendung. kegelisahan mulai merasuki kami karena takutnya kehujanan untuk jalan turun tadi.
baru 15 menit berjalan menapaki penurunan akhirnya hujan deras melanda gunung marapi dan sekitarnya. kami bingung dan resah karena tidaak ada tempat berteduh, setelah tetap berjalan kami menemukan tenda anak mapala uand.kami berteduh disana lbih krang 10 menit, derasnya hujan sepertinya tidak akan berhenti, kami tidak tahu kapan hujan akan berhenti, sementara kaka dan adik saya mesti mengejar waktu pulang ke pekanbaru. dengan modal nekad akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan meskipun badan kuyup di guyur hujan deras dan sangat-sangat dingin. alhamdulilah hanya 10 menit akhirnya hujan berhenti, ternyata tuhan sangat sayang dengan kami, namun perjalanan turun menjadi licin sehingga sering membuat kami tergelincir.
pukul 16.00 akhirnya kami sampai dibawah, dititik awal pasar koto baru dan membersihkan tubuh dan mengganti pakaian kering dan makan di restoran yang sama sebelum berangkat.pukul 17.00 saya kembali kepadang meninggalkan kakak dan adik saya di pasar koto baru menunggu kendaraan yang ke pekanbaru. alhamdulilah kami sampai dengan selamat di kota masing.
No comments:
Post a Comment