"TeeT TeeT", "TeeT TeeT", "TeeT TeeT", terdengar sayup sayup suara Alarm yang melengking berulang - ulang kira - kira 30 cm dari telinga ku pertanda telah saat nya untuk membuka mata pagi ini menjalankan rutinitas sehari - hari yang terus berulang - ulang dalam kurun waktu lebih kurang setahun belakangan. akhirnya dengan sangat berat dan mata yang sembab, mencoba mengangkat badan ini duduk di pembaringan yang sebenar nya sudah tidak layak untuk di gunakan, busa yang mencoba menahan berat tubuh tidak lagi berfungsi semaksimal mungkin, busa yang seharus nya dapat memberi ke empukan pada tubuh dan dapat menahan dari keras nya lantai hanya bagaikan sebuah tikar yang menjadi alas tubuh ku untuk bersentuhan langsung dengan dingin nya lantai di pagi ini. kembali ku lihat jam pada HP ku telah menunjukan jam 07.00 pagi, sudah waktunya untuk Mandi mempersiapkan diri berangkat ke kantor yang menjadi sumber penghasilan ku perbulan nya yang tak kunjung tersimpan. "Jangan ketawa ya, begini lah nasib anak perantauan" 😉 😉 😉
Lebih kurang jam 7.30 aku berangkat menuju kantor menunggangi kuda besi ku melaju menembus kemacetan kota jakarta yang tak pernah berhasil dapat di temukan solusi nya. tapi aku harus menikmati nya, karena tinggal di jakarta ini memberiku banyak pengalaman tak terhingga, terutama dalam hal petualangan, hampir semua gunung di jawa dapat di akses semenjak aku berada di Jakarta.
Seperti biasa, sebelum ke kantor aku selalu mampir di warung gerobak penjual nasi kuning yang menjadi menu sarapan ku hampir tiap hari. dan di temani secangkir teh panas di meja pantry kantor ku. Hari ini di kantor tidak terlalu banyak kerjaan seperti biasa, banyak waktu senggang yang harus ku lalui dengan mengexplore Mbah Google, salah satu yang selalu di explore adalah tempat - tempat wisata indah yang ada di indonesia maupun luar negri, meskipun aku sudah vakum lebih dari setahun dari dunia pendakian, namun niat traveling tidak pernah padam meskipun harus minim budget. setelah explore sana sini akhirnya fokus ku terhenti pada sebuah kisah misteri pendakian gunung Sindoro, yang membuat ku kembali menerawang terbang ke masa - masa pendakian itu membakar spirit yang selama ini terpendam ku simpan jauh dalam hati.
Gairah ini serasa kembali untuk bangkit menikmati proses perjalanan pendakian, merasakan dingin, capek, pegal, ngantuk, dan lain - lain nya. aku melihat jadwal kalender yang akan datang, sepertinya banyak tanggal merah strategis yang sayang untuk di lewati, tanpa berpikir panjang ku putuskan untuk kembali mencoba mendaki gunung, dan kali ini pilihan ku jatuh pada gunung sindoro yang sebelumnya juga sempat di rencanakan untuk pendakian reuni ex. Tim Lawu, dan Ex. Tim Cikurai namun berakhir gagal. kali ini ku bulatkan tekad mendaki Gn. Sindoro via Tambi dan mengumpulkan informasi dan budgeting estimasi agar bisa segera di share ke salah satu web Komunitas bacpacker indonesia.
Situasi dan suasana mendukung di kantor kala itu menghasilkan perencanaan pendakian gn. Sindoro fixed dan bisa segera di posting, selain di web BPI aku juga share di BBM dan Facebook, di karenakan waktu yang ku tentukan hanya tinggal 3 minggu lagi, aku harus berpikir segera mendapatkan tim. dari group wa yang pernah ku buat, hanya dari group ex. Tim Lawu yang berminat untuk ikut join, dan itu juga hanya 1 orang, yaitu Pak Dokter/kang Arie, berhubung di tanggal merah, maka teman lama ku dari semnejak kuliah yang juga pernah menjadi partner pendakian di masa itu pun ku ajak dan hasil nya pun positif, Adi adik ku yang bekerja di labuan setelah hampir 1 tahun belakangan ini juga mendapat respon positif, dengan catatan menyesuaikan jadwal dia balik ke labuan lagi. sudah terkumpul 3 orang, maka segera ku buat group wa menunggu ada dari forum BPI yang ikut bergabung. belajar dari pengalaman pendakian sebelum nya di gunung Merbabu yang berjumlah 30 orang dan Lawu 12 Orang, maka kali ini saya juga mengikuti jejak Pendakian gunung lawu yang lebih solid, ya, pendakian Gunung sindoro aku batasi hanya 12 Orang saja.
Seiring waktu berjalan akhirnya terkumpul 13 orang lain nya, jumlah yang sudah melewati batas rencana ku, namun mempertimbangkan biaya sewa Elf, maka keputusan untuk menerima 13 orang lagi di sepekati. ada yang dari BPI, Tarsok, Sadam, Ikbal, Kapit, Irma, kemudian Tarsok mengajak teman nya bernama Agy, dan mengajak teman nya Ujik, Kang Ari juga mengajak 1 teman nya dari Cikampek Akben, kemudian tim yang bergabung via BBM ada beberapa orang yaitu Irwan, Rere, Uchi, dan Lena.
Perkenalan di Group dan segala macam koordinasi pun berjalan di dalam group WA yang ku buat, sampai pada akhirnya 2 minggu sebelum keberangkatan kami melakukan kopdar di stasiun Kota tua untuk membahas teknis pendakian. di mulai dari peralatan, manajemen waktu, manajemen pendakian, logistik, transportasi, dan lain lain yang di rasa perlu. sampai pada akhir nya waktu itu tiba kami berkumpul di SPBU kampung Rambutan, Hari Jumat tanggal 09 September 2016 dari jam 19.00 hingga jam 23.00 menunggu terkumpul nya peserta dan mobil yang kami sewa datang terlambat di karenakan keadaan jalanan kota jakarta yang macet karena bertepatan dengan waktu libur Panjang. Hal ini juga menjadi momok menakutkan bagi kami, karena perjalanan ke Dieng lumayan membutuhkan waktu yang lama dan berakibat ke schedule pendakian. ketakutan kami hilang se iring dengan situasi jalanan yang lancar, dan kecepatan Elf yang di bawa sang Driver pak Mulyadi. Namun, setelah subuh masuk Purwokerto BENCANA datang, Pak mulyadi tidak menemukan ritme nya lagi, pak Mulyadi seakan kehilangan kemampuan nya untuk memacu mobil, kami berpikir bahwa si driver mengalamai kantuk berat hingga kami berusaha untuk memaklumi hingga segera mencari Sarapan Pagi agar Sang Driver di charger kembali berharap sang Driver dapat menemukan kembali Ritme nya. Tapi apa yang terjadi pemirsa, sang Driver tetap tidak dapat memacu laju mobil nya, hingga saya dan adi yang berada di samping sopir sedikit mulai terpancing emosi. 30 menit terakhir hingga tiba di basecamp Tambi baru lah Sang driver sedikit lebih baik memacu mobilnya, namun sudah terlambat, kami sampai di basecamp Tambi jam 11.30 siang. molor 2 Jam dari waktu yang Seharus nya.
Tapi Ya sudah lah, Nasi telah Menjadi Bubur, Lupakan masalah ini, dan segera Fokus Pada Pendakian Gunung Sindoro.
Pada sesi berikut nya dengan Judul "Belerang Gn. Sindoro"
Seperti biasa, sebelum ke kantor aku selalu mampir di warung gerobak penjual nasi kuning yang menjadi menu sarapan ku hampir tiap hari. dan di temani secangkir teh panas di meja pantry kantor ku. Hari ini di kantor tidak terlalu banyak kerjaan seperti biasa, banyak waktu senggang yang harus ku lalui dengan mengexplore Mbah Google, salah satu yang selalu di explore adalah tempat - tempat wisata indah yang ada di indonesia maupun luar negri, meskipun aku sudah vakum lebih dari setahun dari dunia pendakian, namun niat traveling tidak pernah padam meskipun harus minim budget. setelah explore sana sini akhirnya fokus ku terhenti pada sebuah kisah misteri pendakian gunung Sindoro, yang membuat ku kembali menerawang terbang ke masa - masa pendakian itu membakar spirit yang selama ini terpendam ku simpan jauh dalam hati.
Gairah ini serasa kembali untuk bangkit menikmati proses perjalanan pendakian, merasakan dingin, capek, pegal, ngantuk, dan lain - lain nya. aku melihat jadwal kalender yang akan datang, sepertinya banyak tanggal merah strategis yang sayang untuk di lewati, tanpa berpikir panjang ku putuskan untuk kembali mencoba mendaki gunung, dan kali ini pilihan ku jatuh pada gunung sindoro yang sebelumnya juga sempat di rencanakan untuk pendakian reuni ex. Tim Lawu, dan Ex. Tim Cikurai namun berakhir gagal. kali ini ku bulatkan tekad mendaki Gn. Sindoro via Tambi dan mengumpulkan informasi dan budgeting estimasi agar bisa segera di share ke salah satu web Komunitas bacpacker indonesia.
Situasi dan suasana mendukung di kantor kala itu menghasilkan perencanaan pendakian gn. Sindoro fixed dan bisa segera di posting, selain di web BPI aku juga share di BBM dan Facebook, di karenakan waktu yang ku tentukan hanya tinggal 3 minggu lagi, aku harus berpikir segera mendapatkan tim. dari group wa yang pernah ku buat, hanya dari group ex. Tim Lawu yang berminat untuk ikut join, dan itu juga hanya 1 orang, yaitu Pak Dokter/kang Arie, berhubung di tanggal merah, maka teman lama ku dari semnejak kuliah yang juga pernah menjadi partner pendakian di masa itu pun ku ajak dan hasil nya pun positif, Adi adik ku yang bekerja di labuan setelah hampir 1 tahun belakangan ini juga mendapat respon positif, dengan catatan menyesuaikan jadwal dia balik ke labuan lagi. sudah terkumpul 3 orang, maka segera ku buat group wa menunggu ada dari forum BPI yang ikut bergabung. belajar dari pengalaman pendakian sebelum nya di gunung Merbabu yang berjumlah 30 orang dan Lawu 12 Orang, maka kali ini saya juga mengikuti jejak Pendakian gunung lawu yang lebih solid, ya, pendakian Gunung sindoro aku batasi hanya 12 Orang saja.
Seiring waktu berjalan akhirnya terkumpul 13 orang lain nya, jumlah yang sudah melewati batas rencana ku, namun mempertimbangkan biaya sewa Elf, maka keputusan untuk menerima 13 orang lagi di sepekati. ada yang dari BPI, Tarsok, Sadam, Ikbal, Kapit, Irma, kemudian Tarsok mengajak teman nya bernama Agy, dan mengajak teman nya Ujik, Kang Ari juga mengajak 1 teman nya dari Cikampek Akben, kemudian tim yang bergabung via BBM ada beberapa orang yaitu Irwan, Rere, Uchi, dan Lena.
Perkenalan di Group dan segala macam koordinasi pun berjalan di dalam group WA yang ku buat, sampai pada akhirnya 2 minggu sebelum keberangkatan kami melakukan kopdar di stasiun Kota tua untuk membahas teknis pendakian. di mulai dari peralatan, manajemen waktu, manajemen pendakian, logistik, transportasi, dan lain lain yang di rasa perlu. sampai pada akhir nya waktu itu tiba kami berkumpul di SPBU kampung Rambutan, Hari Jumat tanggal 09 September 2016 dari jam 19.00 hingga jam 23.00 menunggu terkumpul nya peserta dan mobil yang kami sewa datang terlambat di karenakan keadaan jalanan kota jakarta yang macet karena bertepatan dengan waktu libur Panjang. Hal ini juga menjadi momok menakutkan bagi kami, karena perjalanan ke Dieng lumayan membutuhkan waktu yang lama dan berakibat ke schedule pendakian. ketakutan kami hilang se iring dengan situasi jalanan yang lancar, dan kecepatan Elf yang di bawa sang Driver pak Mulyadi. Namun, setelah subuh masuk Purwokerto BENCANA datang, Pak mulyadi tidak menemukan ritme nya lagi, pak Mulyadi seakan kehilangan kemampuan nya untuk memacu mobil, kami berpikir bahwa si driver mengalamai kantuk berat hingga kami berusaha untuk memaklumi hingga segera mencari Sarapan Pagi agar Sang Driver di charger kembali berharap sang Driver dapat menemukan kembali Ritme nya. Tapi apa yang terjadi pemirsa, sang Driver tetap tidak dapat memacu laju mobil nya, hingga saya dan adi yang berada di samping sopir sedikit mulai terpancing emosi. 30 menit terakhir hingga tiba di basecamp Tambi baru lah Sang driver sedikit lebih baik memacu mobilnya, namun sudah terlambat, kami sampai di basecamp Tambi jam 11.30 siang. molor 2 Jam dari waktu yang Seharus nya.
Tapi Ya sudah lah, Nasi telah Menjadi Bubur, Lupakan masalah ini, dan segera Fokus Pada Pendakian Gunung Sindoro.
Pada sesi berikut nya dengan Judul "Belerang Gn. Sindoro"






No comments:
Post a Comment